Proliman lahir ditengah-tengah gempuran jaman yang serba digital, serba penuh tantangan, maka melalui slogan membuka wawasan dengan berbagai sudut pandang dapat mengajak masyarakat menilai, berfikir kritis serta membuka wawasan seluas-luasnya dengan berbagai sudut pandang.

Jumat, 08 November 2013

Kirab Sang Kebo Bule “Kyai Slamet” di Solo

11/08/2013 07:18:00 PM

Malam 1 Suro selayaknya memiliki ciri tersendiri pada setiap peringatannya terutama di tlatah Jawa. Sebagian besar masyarakat Jawa asli mempunyai sebuah kepercayaan yang disebut dengan kejawen. Kejawen berarti sebuah adat yang berisikan seni, budaya, tradisi, ritual dan sikap filosofi orang-orang Jawa. Namun jangan samakan kejawen dengan agama-agama monotheis lainnya seperti Islam, Kristen, Katholik, Hindhu dan Budha, karena kepercayaan ini hanya mengandung ajaran-ajaran yang harus dilakukan secara rutin. Walaupun dalam prosesinya mengikutsertakan unsur-unsur Hindhu Budha, namun tak jadi masalah karena pada jaman dulu budaya Jawa berasimilasi dengan dua agama tersebut. Kejawen sendiri memiliki unsur yang serba spiritual yang disimbolkan dengan benda-benda tertentu dan yang sangat berkaitan erat dengan urusan klenik.
1 Suro dipercaya sebagai hari keramat yang bertepatan jatuh tahun baru Islam (Hijriah) dimana menjadi hal yang sangat wajib bagi masyarakat Jawa untuk merayakannya dengan kejawen yang sangat kental dan bukan dengan kemeriahan pesta terompet serta kembang api, melainkan lebih memfokuskan untuk mengintrospeksi diri dengan ritual-ritual tertentu untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Biasanya masyarakat Jawa memperingati Suronan pada malam hari sebelum tanggal 1 hingga tanggal 1 dini hari. Perayaan malam 1 Suro ini adalah tradisi kuno yang sudah turun temurun semenjak masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1613-1646.
Di Solo, sebagai pusat kebudayaan Jawa, memiliki estetika tersendiri dalam memperingati malam 1 Suro yang dilaksanakan oleh Keraton Kasunanan. Adalah Kebo Bule (albino) Kyai Slamet yang menjadi simbol sekaligus pemimpin jalannya prosesi kirab Suronan. Bukan sekedar kerbau biasa, Kyai Slamet adalah binatang kesayangan Sinuhun Pakubuwono II yang dikeramatkan. Tradisi kirab 1 Suro dimulai sesuai dengan kemauan para Kebo Bule keturunan Kyai Slamet murni serta diikuti oleh semua sentana dalem seperti para kerabat keraton, pun tak ketinggalan para abdi dalem yang mengarak benda-benda pusaka keraton yang telah dijamas sebelumnya. Proses ritual dilakukan dengan cara kirab berjalan mengelilingi beteng, diawali dari Kori Kamandungan keraton dan selanjutnya berjalan melewati rute yang telah ditentukan.
Selain para kerabat keraton, acara malam 1 Suro ini juga diikuti oleh antusiame warga Solo dan sekitarnya seperti Wonogiri, Sragen, Boyolali, Klaten, Sukoharho, dan Karanganyar yang ingin turut serta dalam melaksanaan kirab. Konon, kotoran dari Kebo Bule ini akan memberikan berkah, rejeki dan keselamatan tersendiri bagi masyarakat yang mempercayainya. Walaupun ribuan warga tumpah ruah di sekitar jalan keraton dan rute kirab, namun tak mengurangi kesakralan jalannya ritual tersebut.[PRO/DEL]


Pasang Iklan Anda Disini

 

About Us | Kontak | Redaksi