Saat ini mungkin kata Reptil masih terlalu awam bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Namun jika disebutkan cicak, tokek, kadal, ular, kura-kura, buaya, mungkin akan beragam tanggapan dimasyarakat. Banyak diantara orang yang tahu tentang binatang yang tadi disebutkan, namun tidak banyak yang tahu bahwa binatang tersebut termasuk dari golongan Reptil.
Sedikit mengulas ke masa lalu, banyak beredar mitos atau legenda dimasyarakat yang berkaitan dengan reptil. Di Kalimantan misalnya, Pada suku Dayak dan suku Banjar, ular Naga dikenal sebagai penguasa bumi, penguasa alam bawah. Diperkuat adanya legenda Naga Erau dan Karang Melanu. Dikisahkan sepasang suami istri yang menemukan seekor ular, setelah dipelihara hingga besar ular tersebut berubah menjadi ular Naga. Yang kemudian berubah menjadi bayi perempuan cantik yang akan menjadi istri dari Aji Batara Agung Dewa Sakti, pendiri dan raja di Kerajaan Kutai Kartanegara.
Di Jawa, mereka juga memiliki mitos Baru Klinting yaitu seekor ular Naga yang menjalani tapa. Ular Naga yang bernama Baru Klinting tersebut kemudian ditangkap penduduk desa dan kemudian dibunuh serta dagingnya disantap oleh penduduk desa. Sang ular Naga tersebut berubah menjadi seorang anak kecil buruk rupa yang meminta minta kepada penduduk. Namun, hanya hinaan serta makian yang anak tersebut dapatkan kecuali seorang nenek renta yang kemudian menolongnya. Anak tersebut kemudian kembali ke desa dan menancapkan sebatang lidi dan anak tersebut nenantang penduduk desa untuk mencabutnya namun tak ada yang bisa. Setelah lidi tersebut dicabut oleh anak tersebut keluarlah air yang kemudian membanjiri seluruh desa dan berubahlah menjadi danau yang dikenal sebagai Rawa Pening. Seperti dalam dunia pewayangan ular naga digambarkan sebagai sosok yang besar dan memiliki mahkota. Ular tersebut merupakan perwujudan dari dewa Sanghyang Naga Antaboga yang kemudian menjadi penguasa dibumi dan memiliki istana di Kahyangan Saptapratala (langit ketujuh).
Sobat Proliman, kembali lagi ke masa kini. Bisa dikatakan semua orang mengenal cicak atau ular, tapi hanya sebagian yang mengenal bermacam jenisnya misalnya orang desa lebih mengenal macam ular yang ada di sawah, rumah, serta kebun mereka. Sementara orang yang hidup dikota hanya mengenal jenis ular kobra atau ular sanca misalnya. Hal itupun juga mereka ketahui dari Kebun binatang atau bahkan hanya dari gambar. Prof. Djoko T. Iskandar, salah satu ahli reptil di Indonesia, mengemukakan bahwa masih banyak masyarakat yang minim pengetahuan tentang reptil khususnya di Indonesia. Misalnya, jenis, perilaku, persebarannya, hingga perkembangbiakannya. Padahal reptil sendiri termasuk bagian dari keanekaragaman hayati, dengan minimnya pengetahuan tentang reptil dari masyarakat serta makin majunya eksploitasi dan juga kerusakan habitatnya. Sangat penting bagi kita saat ini untuk mengenal kekayaan reptil asli Indonesia serta keanekaragamannya sebelum mereka semua hilang apalagi punah. Ya semoga saja anak cucu kita nanti tidak sampai mengenal reptil hanya dari gambar, maupun mitos kalau reptil di Indonesia dulu ada ratusan macam. [PRO/KINCUP]