Proliman.com- Dalam setiap hembusan nafas manusia sudah pasti tidak dapat lepas dari yang namanya cinta. Jalinan cinta yang sangat diidamkan oleh setiap manusia pasti ingin melanjutkan hubungan ketahap yang lebih serius yaitu Pernikahan. Dalam tradisi masyarakat Jawa pada umumnya serta tradisi masyarakat Solo dan sekitar khususnya. Sebelum melaksanakan pernikahan ada beberapa rentetan upacara yang harus calon pengantin lakukan. Salah satunya adalah upacara/prosesi Siraman, Siraman berasal dari kata dasar siram dalam bahasa Jawa, yang berarti mandi.
Upacara Siraman berarti memandikan calon pengantin, karena upacara ini merupakan suatu tradisi adat ritual warisan nenek moyang masyarakat Jawa yang mengandung banyak falsafah di dalamnya, jadi mandi dalam upacara Siraman ini bukanlah sembarang mandi seperti aktivitas mandi dalam kehidupan sehari-hari. Upacara ini dipercaya memiliki arti untuk calon pengantin yaitu membersihkan diri dan hati yang akan melangsungkan pernikahan keesokkan harinya. Setelah upacara Siraman dilakukan calon pengantin akan menjadi jauh lebih suci dibandingkan sebelumnya.
Beberapa macam perlengkapan juga diperlukan untuk menggelar upacara Siraman ini. Diantaranya :
Upacara Siraman berarti memandikan calon pengantin, karena upacara ini merupakan suatu tradisi adat ritual warisan nenek moyang masyarakat Jawa yang mengandung banyak falsafah di dalamnya, jadi mandi dalam upacara Siraman ini bukanlah sembarang mandi seperti aktivitas mandi dalam kehidupan sehari-hari. Upacara ini dipercaya memiliki arti untuk calon pengantin yaitu membersihkan diri dan hati yang akan melangsungkan pernikahan keesokkan harinya. Setelah upacara Siraman dilakukan calon pengantin akan menjadi jauh lebih suci dibandingkan sebelumnya.
Beberapa macam perlengkapan juga diperlukan untuk menggelar upacara Siraman ini. Diantaranya :
- Kembang setaman
- Lima macam konyoh panca warna atau penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang diberi pewarna
- Dua butir kelapa hijau tua yang masih ada sabutnya
- Kendi
- Tikar ukuran ½ meter persegi
- Kain Mori putih ½ meter persegi
- Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
- Dlingo bengle (tanaman)
- Lima macam bangun tulak atau kain putih yang ditepinnya diwarnai biru
- Satu macam yuyu sekandang, maksudnya kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning
- Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah)
- Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar di dalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
- Asem, santan kanil, 2 meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
- Sabun dan handuk.
Saat melakukan upacara siraman didahului pula dengan petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang disimbolkan dalam berbagai macam sesaji, atau Sajen dalam bahasa Jawa. Untuk menjaga kesehatan calon pengantin agar tidak kedinginan maka ditetapkan hanya tujuh orang yang boleh memandikan. Dalam bahasa Jawa tujuh adalah Pitu (Jawa) yang berarti pitulung (Jawa). Hal ini mengandung makna pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.[PRO/REY]