Proliman lahir ditengah-tengah gempuran jaman yang serba digital, serba penuh tantangan, maka melalui slogan membuka wawasan dengan berbagai sudut pandang dapat mengajak masyarakat menilai, berfikir kritis serta membuka wawasan seluas-luasnya dengan berbagai sudut pandang.

Sabtu, 09 November 2013

Lady Diana

11/09/2013 12:29:00 AM

Ningrat adalah golongan yang mulia atau bisa juga berarti bangsawan dan orang-orang yang masih keturunan langsung dengan sebuah keluarga kerajaan. Golongan ini secara tidak langsung menempati kasta tertinggi “ras” manusia di dunia ini dari jaman dulu hingga sekarang. Menilik di jaman sekarang masih banyak negara-negara di dunia yang berbentuk monarkhi. Itu artinya mereka sebagai golongan ningrat masih mampu untuk menurunkan dan mengembangkan “ras” nya. Banyak masyarakat awam yang menganggap apabila bisa masuk ke dalam kelompok ini maka hidupnya akan lebih dari kata nyaman dan bergelimang harta serta akan dipuja-puja oleh banyak orang. Namun sepertinya pernyataan itu tidak berlaku bagi seorang Lady Diana.

Mari kita flashback ke tahun 1981 ketika seorang Pangeran Negri Britania Raya meminang seorang wanitanya bernama Diana. Pangeran Charles, putra sulung dari Ratu Inggris Elizabeth II dan Raja Philip melamar Diana Spencher, seorang Putri dari Wales. Diana adalah anak dari Edward John Spencher yang merupakan keturunan Raja Charles II Inggris melalui empat anak laki-laki yang tidak sah, begitu juga dengan leluhur ibu Diana yang merupakan peranakan dari keluarga kaya raya berdarah Amerika. Dari garis keturunan inilah posisi Diana bisa dibilang hanya sebagai rakyat biasa.
Pada awal kehidupannya sebagai seorang istri sekaligus Putri kerajaan, berjalan dengan baik dan bahagia. Kebahagiaan itupun tambah lengkap dengan hadirnya dua Pangeran cucu kerajaan, Pangeran William Arthurs Philip Louis dan adiknya, Pangeran Harry Charles Albert David. Namun di sekitar tahun 1990an merupakan titik puncak sekaligus akhir dari dongeng Diana. Dimana mulai muncul berbagai keretakan rumah tangganya baik dari internal maupun eksternal. Dari segi eksternal datang dari pers dan paparazi yang menyebarkan isu bahwa Lady Diana hanyalah seorang wanita biasa yang memanfaatkan harta kerajaan untuk mengglamourkan dirinya dengan memakai baju yang dirancang oleh desainer ternama pada waktu itu. Sedangkan dari faktor internalnya adalah kelakuan dari keluarga kerajaan sendiri terutama dari mertuanya Ratu Elizabeth II. Selama hidup di Buckhingham Palace, Lady Diana selalu mendapatkan kekejaman dan tekanan batin dari Sang Ibu Suri yang memang dari awal tak pernah menyetujui Diana sebagai menantu kerajaan. Rasa batin yang pahit tersebut ditambah lagi dengan ulah suaminya, Pangeran Charles yang ternyata mencoba untuk kembali kepada cinta masa lalunya, Camilia Parker. Seolah-olah seperti telah terskenario sebelumnya.

Ini merupakan pukulan telak bagi Lady Di. Semua rasa sakit hatinya disimpan dalam dan apa yang dilakukan Lady Diana? Putri Diana tetap menampilkan senyum khasnya di depan pers dan publik dunia. Seolah-olah mengatakan kepada semuanya bahwa tak pernah terjadi apa-apa dalam dirinya dan kerajaan. Lady Di lantas bercerai dengan Pangeran Charles pada 28 Agustus 1996 dan menemukan yang baru, Dodi Al Fayed seorang producer dan milyuner asal Mesir. Diana yang berharap dongengnya kini dengan Dodi Al Fayed bisa happily ever after ternyata berujung menjadi sebuah bencana yang merenggut nyawa keduanya. Lewat sebuah kecelakaan di Paris ketika mereka tengah berlibur pada 31 Agustus 1997. Berbagai pihak beranggapan bahwa kerajaan Inggrislah yang bertanggung jawab dengan relikui kematian Lady Di itu. Berbagai teori konspirasi juga muncul seperti sabotase rem dan sabuk pengaman di mobil yang ditumpangi oleh Lady Di yang dilakukan oleh gabungan badan intelejen Inggris dan Perancis. Semua itu dilatar belakangi karena kedekatan Diana dengan Al Fayed yang segera akan berlanjut ke jenjang pernikahan.

Kepergian Lady Diana turut mengundang hujan air mata di berbagai belahan dunia, khususnya rakyat jelata. Putri Diana adalah seorang Putri kerajaan yang terjun langsung dan membaur dengan rakyat jelata untuk mengajarkan mereka arti keseimbangan antara teori dan praktek dalam kehidupan. Menjadi seorang wanita dengan 3 peran yang berbeda itu tidaklah mudah. Menjadi seorang istri, ibu, dan publik figur dunia, ketiganya telah berhasil ditembus oleh Diana walaupun diujungnya dia gagal dalam menuntaskannya. Dari sini kita bisa mengambil sebuah keteladanan dari seorang Lady Diana dimana dia tetap terlihat sebagai wanita yang tegar meski guncangan batin menghujamnya berkali-kali. Bertahun-tahun telah berlalu namun wujud kecantikan natural, kesederhanaan dan senyuman khasnya tak pernah dimakan jaman dan akan terus dikenang sebagai seorang Lady. [Pro/Del]


Pasang Iklan Anda Disini

 

About Us | Kontak | Redaksi